Selasa, 24 Januari 2012

Semarang-Salatiga-Jogjakarta

Tiga kota ini membuat hatiku serasa bermusik setiap aku membayangkannya dan saatku menjejakkan kaki di kota itu. Banyak kenangan tersimpan di sebagian sudut kota.
Semarang: suatu ketika, pendeta menyampaikan doa berkat, tetapi hatiku menolaknya (ah dasar anak remaja yg ingin berpengalaman! Ampuni aku Tuhan Yesus). Sepulangnya dari gereja tak disangka saat sepeda motor yg dikendarai pacarku tersenggol kendaraan lain dan tak pelak lagi jatuhlah aku dari boncengan...kakiku masuk ke roda belakang yg masih berputar. aaahh..sakiiit..! jeritku. di situ aku sadar..aku diingatkan bahwa Tuhan ingin aku senantiasa mengandalkan-Nya. terima kasih Tuhan. 
Salatiga: saat itu, ada rasa yang begitu kuat untuk lebih dekat dan merasakan hadirat Tuhan dalam hidupku..Dan saat kutetapkan hati masuk di satu gereja Tuhan kerinduanku terpenuhi..sungguh indah dan penuh kedamaian saat berada di hadirat-Nya. Kota yang meskipun terasa perubahan suhu udara dari tahun ke tahun, tetapi tetap terasa lebih sejuk dibanding kota lain. Kedamaian dan ketenangan yang ada biarlah tetap sampai Tuhan Yesus datang untuk mengangkat kita semua. 
Yogyakarta: takkan kulupakan karena kota ini adalah tempat kelahiranku. Sangat berkesan bagiku karena dua kali sudah aku, adikku heni dengan anak2 kami berlibur. Meski tak bermalam, tapi banyak tempat yang telah kami kunjungi. ada kasih Allah yang mengalir di antara kami. dan dari Yogyakarta aku percaya suatu ketika kami akan berlibur bersama di Bromo, Pangandaran, Karimunjawa, Raja Ampat..pokoknya di tempat yang indah2. amin.

Selasa, 19 Juli 2011

Kenangan di EM JI

Tak kusangka sore tadi telepon selulerku memanggil dan ternyata dari salah seorang temanku SMP. Puji Tuhan masih ada yang mau mencariku, sungguh aku sangat bahagia. Kemudian aku berusaha membayangkan wajahnya, yang muncul justru wajah Ndari, Tito, Kokok, Ipok, Gani, Darwati, Haryanti, Endang, Eni, dan Susi (anak mantan Wali Kota Semarang saat itu).
Dari percakapan kami ternyata ada dua orang temanku yang tinggal satu kota denganku.
Aku tertawa ketika temanku menanyakan tentang postur tubuhku yang berubah menjadi gendut. Memang dulu tubuhku kurus sehingga apabila angin berhembus sedikit kencang tubuhku seperti akan diterbangkannya, itu suamiku yang bilang setiap mengulang kisah kasih kami. Tapi yang sebenarnya, badanku tidak gendut kok. hanya ukuran bajuku saja yang memang harus ganti, dulu berukuran small sekarang large kadang extralarge yang harus kupilih. Berat badanku belum pernah melewati angka 60kilogram, dengan tinggi 158cm dapat dibayangkan berapa besar tubuhku kan?Temanku menyangsikan apakah kami masih dapat saling mengenali wajah kami setelah 33 tahun berpisah?
Sudah barang tentu banyak sekali perubahan pada diri kita, tapi itu tak menyurutkan semangatku untuk bertemu denganmu, teman-temanku. Dia akan mengabariku untuk pertemuan di bulan September. Ahh..rasanya tak sabar menunggu datangnya bulan September.

Rabu, 06 Juli 2011

kekagumanku

Ibu menikah ketika usia delapan belas tahun dan itu terjadi pada tahun 1953, berarti sekarang usia ibu 76 tahun. Fisik ibu sudah melemah tetapi semangatnya terpancar di wajahnya yang senantiasa cerah ceria meski ada satu dua garis beban hidup tampak di dahinya. Meskipun jalannya harus dibantu dengan tongkat, tetapi api rohnya yang menyala senantiasa membawanya ke persekutuan ustia di gereja setiap hari Sabtu sore. Percaya kepada penyertaan Tuhan dalam hidupnya yang membuat ibu tidak pernah kuatir tentang kebutuhan hidup.

Sore tadi ibu bercerita bagaimana dia harus melahirkan anaknya yang hampir setiap tahun lahir hingga sebelas anak harus ibu rawat, didik, asuh, dan ibu bagaimana harus mengerti tiap karakter anak. Tanpa keluh kesah ibu lakukan apa yang ibu bisa untuk anak-anaknya. Dan tidak jarang ibu dan anak-anak sehari-hari hanya makan bubur karena menurut ibu uang yang ada lebih penting untuk biaya pendidikan anak-anak. 
Pernah ibu menerima perlakuan yang kurang baik dari anak sendiri, tetapi ibu tidak marah bahkan ibu mendoakannya dengan tulus agar Tuhan menjamah hati anaknya ini dan mendapat kasih karunia keselamatan dari Tuhan Yesus.
Semakin bertambah usia ibu tampak semakin bersemangat di dalam Tuhan. Ibu rajin bersekutu,dan di dalam komunitasnya ibu menemukan kebahagiaan, sukacita dan wajah ibu bercahaya ketika menceritakan tentang pengalamannya dengan teman seusia.
 

Selasa, 28 Juni 2011

Pesan singkat yang kaukirim selalu membuatku tersenyum. Dan hanya satu pertanyaan naif tersirat  permohonan segera dijawab isi pesan singkatmu. Seperti hari ini: "bu lia ini adinda. kalo ambil sttb.ny hr snen bsok bsa g bu? soalny mau d bt dftar...hehehehe thx."  Adinda, kamu pakai nomor baru dan tanpa memberi tahu namamu pun aku sudah tahu gayamu menulis di pesan singkat.

Terbayang ketika pertama kali melihatmu. Kamu berdiri dekat mama mu dan tatapan matamu mengekspresikan keteguhan hati dan kecerdasan ada di dalammu. Kekagumanku terus berlanjut ketika dengan tangkas penuh semangat kaupimpin teman-temanmu  tampil dalam lomba drumband di yayasan pendidikan tempatku bekerja. Ternyata banyak kelebihan yang kaumiliki. Sungguh engkau adalah anugerah terindah untuk mama, papa, kakak, dan adikmu.

Pesanku terus kembangkan setiap talenta yang telah Tuhan taruh di dalammu jangan lupa senantiasa bersyukur kepada-Nya. Adinda, simpan saja dalam hatimu setiap peristiwa manis yang kaualami.

Jumat, 24 Juni 2011

kegundahan

tangan kutengadahkan
dan tangan kukibaskan
antara sanggup dan taksanggup muncul bersamaan tiap kali terima proses.
bersandar di pintumu kumerasa yakin
sebab panas dan terangnya apimu
menyirnakan remangnya asa

sauna di jumat sore

bukan karena panasnya udara ygterasa di jangat setiap mm kulitku yang jadikan keringat mulai keluar di dahiku. tahankan kesabaran dan jaga hati agar tetap dingin sebabku mulai berpeluh.